Kamu belum login

Silahkan login untuk akses semua fitur

Dua Hal Yang Memudahkan Masuk Surga

Perlu diingat bahwa ada dua amalan yang membuat seseorang mudah masuk surga, yaitu takwa dan akhlak yang mulia.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ « تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ ». وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ « الْفَمُ وَالْفَرْجُ»

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya mengenai perkara yang banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, beliau menjawab, ‘Takwa kepada Allah dan berakhlak yang baik.’ Beliau ditanya pula mengenai perkara yang banyak memasukkan orang dalam neraka, jawab beliau, ‘Perkara yang disebabkan karena mulut dan kemaluan.’” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Apa itu Takwa?
Takwa asalnya adalah menjadikan antara seorang hamba dan sesuatu yang ditakuti suatu penghalang. Sehingga takwa kepada Allah berarti menjadikan antara hamba dan Allah suatu benteng yang dapat menghalangi dari kemarahan, murka dan siksa Allah. Takwa ini dilakukan dengan melaksanakan perintah dan menjauhi maksiat.

Namun takwa yang sempurna kata Ibnu Rajab Al-Hambali adalah dengan mengerjakan kewajiban, meninggalkan keharaman dan perkara syubhat, juga mengerjakan perkara sunnah, dan meninggalkan yang makruh. Inilah derajat takwa yang paling tinggi.

Ibnu Mas’ud ketika menafsirkan ayat “bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa.” yang terdapat dalam surah Ali Imran ayat 102, beliau berkata,

“Maksud ayat tersebut adalah Allah itu ditaati, tidak bermaksiat pada-Nya. Allah itu terus diingat, tidak melupakan-Nya. Nikmat Allah itu disyukuri, tidak diingkari.” (HR. Al-Hakim secara marfu’). Yang dimaksud bersyukur kepada Allah di sini adalah dengan melakukan segala ketaatan kepada-Nya.

Adapun maksud mengingat Allah dan tidak melupakan-Nya adalah selalu mengingat Allah dengan hati pada setiap gerakan dan diamnya, begitu saat berucap. Semuanya dilakukan hanya untuk meraih pahala dari Allah. Begitu pula larangan-Nya pun dijauhi. (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam)

Apa itu Akhlak yang Baik?
Ibnu Rajab mengatakan bahwa berakhlak yang baik termasuk bagian dari takwa. Akhlak disebutkan secara bersendirian karena ingin ditunjukkan pentingnya akhlak. Sebab banyak yang menyangka bahwa takwa hanyalah menunaikan hak Allah tanpa memperhatikan hak sesama. (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam).

Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan akhlak yang baik sebagai tanda kesempurnaan iman. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)

Bentuk Akhlak yang Baik
Akhlak yang baik (husnul khuluq) ditafsirkan oleh para salaf dengan menyebutkan beberapa contoh.

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah mengatakan, “Akhlak yang baik adalah ramah, dermawan, dan bisa menahan amarah.”

Asy-Sya’bi berkata bahwa akhlak yang baik adalah, “Bersikap dermawan, suka memberi, dan memberi kegembiraan pada orang lain.”

Ibnul Mubarak mengatakan bahwa akhlak yang baik adalah, “Bermuka manis, gemar melakukan kebaikan, dan menahan diri dari menyakiti orang lain.”

Imam Ahmad berkata, “Akhlak yang baik adalah tidak mudah marah dan cepat naik darah.” Beliau juga berkata, “Berakhlak yang baik adalah bisa menahan amarah di hadapan manusia.”

Ishaq bin Rohuwyah berkata tentang akhlak yang baik, “Bermuka manis dan tidak marah.” (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1:457-458)