Download QuranBest (Free)

325juta++ halaman Al Quran telah dibaca

Masih InsyaAllah

Setiap kali ada orang bilang 'insyaallah', saya biasanya akan dibuat bingung sebentar.

Kenapa?
Karena otak saya harus memproses dulu apa maksud di balik kata 'insyaallah' itu. Sebab kadang lafadz insyaallah yang diucapkan itu maksudnya menunjukkan sesuatu yang pasti dalam arti serius akan dilakukan. Namun kadang maknanya justru sebaliknya, lafadz insyaallah itu malah menunjukkan ketidak-pastian.

Seperti yang terjadi kemarin dalam salah satu acara, seorang panitia acara bilang kepada saya bahwa narasumber yang dijadwalkan ternyata belum memberi kepastian, bisa datang atau tidak. Masih insyaallah, katanya. Makanya panitia itu meminta saya untuk memastikan kehadiran.

Sehingga saya jadi agak bingung menjawabnya. Dijawab insyaallah takut dianggap meragukan atau tidak memberi kepastian. Tetapi mau dijawab bahwa saya 'pasti' hadir, kayaknya rada sombong dan mendahului Allah.

Akhirnya saya jawab sms panitia seperti ini teksnya : insyaallah saya hadir (maksudnya insyaallah yang serius nih).

Tapi bicara tentang dua jenis insyaallah, saudara saya bilang bahwa kedua jenis insyaallah itu ada di dalam Al-Quran. Insyaallah yang menunjukkan kurang pasti ternyata ada ayatnya. Dan insyaallah yang serius juga ada ayatnya. Dan keduanya sama-sama dilakukan oleh dua nabi yang berbeda.

Dia menyebut bahwa insyaallah yang kurang pasti adalah insyaallah-nya Nabi Musa alaihissalam. Sedangkan insyaallah yang lebih pasti adalah insyaallah-nya Nabi Ismail alaihissalam.

Insyaallah Nabi Musa

Di dalam surat Al-Kahfi diceritakan kisah Nabi Musa dan Nabi Khidhir alaihimassalam. Saat Nabi Khidhir meragukan kesabaran dan keteguhan hati Nabi Musa dalam mengikuti dan mentaatinya, spontan keluar kata insyaallah dari mulut Nabi Musa.

قَالَ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ صَابِرًا وَلَا أَعْصِي لَكَ أَمْرًا

Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun". (QS. Al-Kahfi : 69)

Meski sudah mengucapkan insyaallah, ternyata Nabi Musa akhirnya tidak mampu membuktikan ucapannya sendiri. Sebab beliau akhirnya tidak bisa bersabar melihat tindak-tanduk Nabi Khidhir yang dalam pandangannya sangat aneh dan di luar logika normal.

Insyaallah Nabi Ismail

Lain lagi kisah Nabi Ismail putra Nabi Ibrahim alaihimassalam. Saat diceritakan bahwa Nabi Ibrahim bermimpi menyembelih Ismail yang mana hal itu merupakan perintah Allah, ternyata jawaban Nabi Ismail tegas dan pasti walaupun menggunakan lafadz insyaallah.

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَححُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

Maka tatkala anak itu sampai berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (QS. Ash-Shaaffaat : 102)

Dan insyaallah yang diucapkan Nabi Ismail itu benar-benar direalisasikan sendiri. Buktinya beliau pasrah menyerahkan lehernya untuk disembelih ayahandanya sendiri. Kepasrahan yang berdasarkan rasa iman mendalam kepada Allah.

Insyaallah Nabi Muhammad

Di dalam Al-Quran juga disebutkan tentang teguran dari Allah subhanahu wa ta’ala ketika Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam terlupa mengucapkan insyaallah.

وَلَا تَقُولَنَّ لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَلِكَ غَدًإِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ وَاذْكُرْ رَبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَى أَنْ يَهْدِيَنِ رَبِّي لِأَقْرَبَ ممِنْ هَذَا رَشَدًا

Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi, kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah". Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini". (QS. Al-Kahfi : 24)

Disebutkan bahwa salah satu sebab turunnya ayat yang menjadi teguran ini dikarenakan Rasulullah ditanya tentang suatu masalah. Dan beliau menjanjikan jawabannya akan tersedia besok. Ternyata keesokan harinya Malaikat Jibril tidak turun bawa wahyu sebagaimana yang sudah terlanjur dijanjikan Nabi kepada penanya.

Rupanya kejadian ini punya hikmah di baliknya, yaitu menjadi pelajaran agar kita membiasakan untuk mengucapkan insyallah ketika berjanji kepada orang lain.

Sayangnya, insyaallah di negeri kita ini bisa dimaknai dengan dua arti, yaitu insyaallah yang merupakan tekat kepastian untuk serius melakukan dan insyaallah yang menggambarkan rasa ogah-ogahan untuk menjalankannya. Makanya kita masih sering mendengar orang berkata : Kabarnya belum pasti, masih insyaallah.

Ustadz Ahmad Sarwat Lc, MA.

Sumber: Rumahfiqih.com