Kamu belum login

Silahkan login untuk akses semua fitur

Ibadah Sunnah Sebagai Penyempurna Ibadah Wajib

Di antara bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya, Allah jadikan amalan-amalan sunah yang fungsinya dapat menyempurnakan kekurangan pada amalan-amalan wajib yang dikerjakan.

Jika kita perhatikan, hampir setiap ibadah yang wajib, terdapat ibadah sunah yang mendampinginya. Shalat wajib, ada shalat sunah rawatib, zakat, ada sedekah sunah, puasa Ramadhan ada puasa-puasa sunah Senin-Kamis, puasa Syawal, puasa Dawud, demikian ibadah-ibadah wajib lainnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ، فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ، فَإِنْ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ، قَالَ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ: انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ فَيُكَمَّلَ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيضَةِ، ثُمَّ يَكُونُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ

“Hal pertama yang akan dihisab di hari kiamat dari amal seorang hamba adalah shalat. Jika shalatnya baik, maka sungguh dia beruntung dan selamat. Jika shalatnya buruk, maka sungguh dia celaka dan rugi. Jika ada kekurangan pada shalat wajibnya, Allah berfirman, “Periksalah, apakah hamba-Ku memiliki ibadah sunah yang bisa menyempurnakan ibadah wajibnya yang kurang?” Demikianlah yang berlaku pada seluruh amal wajibnya.” (HR. At Tirmidzi dan An Nasa’i)

Ada tiga tafsiran para ulama, berkenaan maksud ibadah sunah akan menyempurnakan ibadah wajib, ibadah sunah yang seperti apa?

Pertama, ibadah sunah yang satu kelompok dengan ibadah wajib.

Seperti, kekurangan shalat Isya’ akan disempurnakan oleh shalat sunah rawatib sebelum (qabliyah) atau setelahnya (ba’diyah). Shalat Shubuh, disempurnakan oleh shalat sunah Fajar. Shalat Dzuhur, oleh shalat rawatib yang membersamainya. Zakat, disempurnakan oleh sedekah harta yang hukumnya sunah.

Kedua, ibadah sunah yang satu jenis dengan ibadah wajib.

Artinya ibadah sunah akan berfungsi sebagai penyempurna, hanya untuk ibadah-ibadah yang sejenis. Seperti, kekurangan pada shalat wajib, akan tertutupi oleh semua shalat sunah yang kita lakukan. Kekurangan pada puasa wajib, akan terbayar dengan semua puasa sunah yang kita kerjakan. Kekurangan pada zakat, akan terlengkapi oleh semua sedekah sunah yang kita tunaikan. Demikian seterusnya.

Jadi asal ibadah sunah itu sejenis dengan ibadah wajib, maka bisa berfungsi sebagai penyempurna untuk ibadah wajib yang sejenis tersebut. Shalat dengan sholat, puasa dengan puasa, zakat dengan sedekah, dst.

Ketiga, semua ibadah sunah, meski tidak sekelompok atau sejenis, dapat menghapus kekurangan semua Ibadah wajib.

Jadi shalat sunah kita dapat berfungsi menyempurnakan kekurangan pahala di puasa wajib kita. Sedekah-sedekah kita, dapat berfungsi menyempurnakan kekurangan pada shalat wajib kita dan seluruh ibadah wajib kita.

Dari ketiga penafsiran di atas, yang tampaknya paling tepat adalah yang kedua, wallahu a’lam bish shawwab.

Maula Ali Al-Qari rahimahullah menegaskan, Firman Allah, “Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki ibadah Sunah?”, Maksudnya di lembaran catatan amalnya, dan Allah lebih mengetahui daripada para malaikat pencatat amal itu, adakah penyempurna dari shalat, sebagaimana yang tersebut dalam zahir hadis; baik shalat sunah rawatib qabliyah (sebelum sholat fardhu) ataupun ba’diyah (setelah sholat fardhu), atau sholat sunah mutlak (yang tak terikat waktu). (Mirqatul Mafatih)

Demikian juga puasa, jika seorang meninggalkan suatu penyempurna ibadah puasa wajibnya, maka akan disempurnakan oleh ibadah puasa yang hukumnya sunah. Demikian pula zakat, jika seorang kurang sempurna menunaikannya, penggantinya akan diambilkan dari sedekah-sedekah sunah. (Al Mafatih Fi Syarhil Mashabih)