Sholat Saat Melintasi Daerah Beda Zona Waktu
Yang penting kita pegang prinsip bahwa dimana pun kita berada dan masuk waktu shalat, maka kita wajib mengerjakan shalat. Termasuk apabila kita sedang berada di atas pesawat. Tinggal bagaimana menentukan waktu shalatnya.
Kalau kita ada di daratan misalnya Belanda atau Jakarta, tentu kita shalat dengan jadwal ikut waktu setempat. Sedangkan kalau kita sedang berada di atas langit seperti di dalam pesawat jet yang terbang dengan ketinggian 39.000 km dari permukaan bumi dan kecepatan jelajah mencapai 900 km per jam, maka jadwal shalat kita tidak terikat dengan jadwal shalat di negeri tertentu.
Waktu shalat di atas pesawat international memang agak rancu. Mengingat kita tidak tahu di atas kota apa kita saat ini sedang terbang. Bahkan mungkin malah bukan di atas kota, tetapi di atas laut, hutan, pegunungan, padang pasir dan sejenisnya, dimana memang tidak pernah dibuatkan jadwal waktu shalatnya.
Jadi kalau pun kita tahu kita berada di atas titik koordinat tertentu, masih ada masalah besar yaitu tidak ada jadwal shalat untuk titik koordinat tersebut. Jadwal shalat kita di atas pesawat terbang itu akan menjadi nisbi, dalam arti tidak menganut jadwal shalat negeri manapun. Lalu bagaimana cara kita menetapkan waktu shalatnya?
Sebenarnya mudah sekali, namun mungkin karena jarang-jarang kita lakukan, terasa agak rumit. Tetapi coba kita jelaskan biar lebih mudah dipahami.
1. Gunakan Fasilitas Jama'
Pada saat kita menumpang pesawat antar negara, sudah bisa dipastikan kita mendapat fasilitas untuk menjama' shalat. Oleh karena itu silahkan manfaatkan fasilitas yang sudah tersedia. Hukum menjama' ini berkisar pada tiga hukum, yaitu ada yang bilang mubah, sunnah bahkan ada juga yang bilang wajib.
Memanfaatkan fasilitas jama' ini akan mengurangi frekuensi shalat kita, sehingga tidak perlu shalat lima kali tetapi cukup tiga kali saja, yaitu Dzhur-Ashar, Maghrib-Isya' dan Shubuh.
Dzhuhur dan Ashar boleh dijama' taqdim dan boleh dijama' ta'khir. Demikian juga dengan Maghrib dan Isya', keduanya boleh dijama' taqdim atau ta'khir. Kita bebas memilik sesuai dengan kondisi yang lebih memungkinkan.
2. Menentukan Waktu Shalat Dzhuhur dan Ashar
Untuk shalat Dzhuhur dan Ashar yang memang boleh dijama' itu, kita bisa melihat ke luar jendela. Selama matahari sudah lewat dari atas kepala kita dan belum tenggelam di ufuk barat, kita masih bisa menjama' kedua shalat itu. Untuk yakinnya, mari kita jama' ta'khir saja.
Kenapa?
Karena jama' ta'khir itu kita lakukan di waktu Ashar dan waktu Ashar bisa kita kenali dengan melihat ke luar jendela pesawat. Selama matahari sudah condong ke arah Barat namun belum tenggelam, maka itulah waktu Ashar.
3. Menentukan Waktu Shalat Maghrib dan Isya'
Untuk shalat Maghrib dan Isya, agar kita tidak terlalu ragu, sebaiknya kita shalat jama' ta'khir di waktu isya. Jadi setelah kita menyaksikan matahari betul-betul tenggelam di ufuk barat, kita tunggu kira-kira 1-2 jam.
Saat itu kita amat yakin bahwa waktu Isya sudah masuk. Maka kita shalat Maghrib dan Isya' dengan dijama' di waktu Isya'.
4. Menentukan Waktu Shalat Shubuh
Shalat shubuh itu waktunya sejak terbit fajar hingga matahari terbit. Dan kalau kita berada di angkasa, mudah sekali mengenalinya.
Cukup kita menengok keluar jendela, ketika gelap malam mulai hilang dan langit menunjukkan tanda-tanda terang namun matahari belum terbit, maka itulah waktu shubuh. Shalatlah shubuh pada waktu itu dan jangan sampai terlanjur matahari menampakkan diri.
Jadi di atas pesawat yang terbang di angkasa, kita dengan mudah bisa menetapkan waktu shalat, bahkan tanpa harus melihat jam atau bertanya kepada awak pesawat.
Bila Syarat dan Rukun Sudah Terpenuhi Tidak Perlu Mengganti
Apabila shalat kita di atas pesawat itu sudah memenuhi semua syarat dan rukunnya, pada dasarnya sudah perlu diganti ketika tiba di tujuan.
1. Syarat Sah Shalat
Yang termasuk syarat sah shalat antara lain : berwudhu dengan benar, menghadap kiblat, masuk waktu, suci dari najis, dan lainnya. Bila ternyata Anda shalat tanpa berwudhu, atau bertayammum tanpa tanah, atau tidak menghadap kiblat dengan benar, bahkan tidak suci dari najis, maka shalat Anda belum sah. Untuk itu Anda wajib mengulang shalat itu setibanya di tujuan.
Alasannya karena shalat yang tidak memenuhi syarat itu boleh jadi tidak diterima Allah SWT. Kalau pun kita lakukan di atas pesawat, karena sekedar menghormati waktu shalat.
2. Rukun Shalat Yang Tidak Boleh Ditinggalkan
Sedangkan yang termasuk rukun shalat antara lain adalah berdiri, ruku' dan sujud. Benar sekali bahwa Rasulullah SAW pernah shalat sambil duduk di atas punggung unta, namun hanya sebatas shalat sunnah saja. Sedangkan setiap datang waktu shalat fardhu, beliau pun turun dari untanya dan shalat di atas tanah.
Mengapa beliau SAW turun dari punggung unta?
Karena shalat fardhu tidak sah kalau tidak berdiri, ruku dan sujud dengan benar. Juga tidak sah bila tidak menghadap kiblat dengan tepat. Oleh karena itulah untuk kehati-hatian, setibanya di tujuan, banyak ulama yang mewajibkan agar shalat itu diulang lagi.
Wallahu a'lam bishshawab
Sumber: Rumahfiqih.com