Kamu belum login

Silahkan login untuk akses semua fitur

Menyentuh Kemaluan, Apakah Membatalkan Wudhu?

Para ulama sepakat bahwa menyentuh kemaluan hewan dan kemaluan anak kecil yang belum baligh itu tidak membatalkan wudhu. Namun mereka berbeda pendapat mengenai hukum menyentuh kemaluan orang yang sudah baligh, baik itu menyentuh kemaluan sendiri atau kemaluan orang lain; apakah membatalkan wudhu atau tidak? Berikut pemaparannya :

a. Tidak Membatalkan Wudhu'
Ulama dalam madzhab Hanafi mengatakan bahwa menyentuh kemaluan siapapun, baik dengan telapak tangan atau dengan kulit dari organ tubuh yang lain, baik kemaluan sendiri atau orang lain, tidak membatalkan wudhu.

Ibnu Abdin (1252 H), salah satu ulama di kalangan mazhab Al-Hanafiyah menuliskan dalam kitabnya Radd Al-Muhtar ala Ad-Dur Al-Mukhtar sebagai berikut :

لِحَدِيثِ طَلْقِ بْنِ عَلِيٍّ عَنْ أَبِيهِ " عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ سُئِلَ عَنِ الرَّجُلِ يَمَسُّ ذَكَرَهُ فِي الصَّلاةِ ففَقَالَ : هَلْ هُوَ إِلا بَضْعَةٌ مِنْك

"Hadits Thalq bin ali dari ayahnya bahwa : Nabi Shallallahu alaihi wa sallam pernah ditanya tentang seseorang yang menyentuh kemaluannya dalam shalat, maka nabi menjawab : Itu hanyalah bagian dari dirimu."

Pendapat diatas memiliki korelasi dengan hukum bersentuhan kulit dengan lawan jenis tidak membatalkan wudhu dalam madzhab Hanafi ini. Sebab menurut madzhab ini sentuhan kulit yang tidak sampai pada taraf hubungan seksual dengan lawan jenis tidak membatalkan wudhu', bahkan jika yang disentuh itu adalah kemaluan.

b. Membatalkan Wudhu' Jika Dilakukan Dengan Sengaja
Ulama dalam madzhab Maliki  mengatakan bahwa menyentuh kemaluan manusia dengan sengaja, baik menyentuh diri sendiri maupun kemaluan orang lain yang sudah baligh dapat membatalkan wudhu jika menyentuh dengan telapak tangan atau telapak jari-jari. Adapun menyentuh kemaluan hewan atau anak kecil itu tidak membatalkan wudhu, meskipun menyentuhnya dengan disengaja.

Berikut pernyataan para ulama dari madzhab ini:

Ibnu Abdil Barr (463 H), salah satu ulama di kalangan mazhab Al-Malikiyah menuliskan dalam kitabnya Al-Kafi fi Fiqhi Ahli Al-Madinah sebagai berikut :

من مس الرجل لذكره بباطن الكف قاصدا لذلك فإن فعل ذلك فاعل وجب عليه الوضوء "وكذلك إن مسه قاصدا من بالغ غيره" ولا شيء على من مس فرج البهيمة ولا فرج الصبي والصبية

"Barang siapa yang menyentuh kemaluannya dengan telapak tangan secara sengaja maka wajib baginya berwudhu , sama halnya jika menyentuh kemaluan orang lain yang sudah baligh . Adapun menyentuh kemaluan hewan atau balita maka hal itu tidak membatalkan wudhu."

Al-Qarafi (684 H), salah satu ulama di kalangan mazhab Al-Malikiyah menuliskan dalam kitabnya Adz-Dzakhirahsebagai berikut :

 مس الذكر بباطن الكف عند مالك وبباطن الأصابع أيضا عند ابن القاسم كما حكاه في الكتاب يوجب الوضوء

"Menurut Imam Malik menyentuh kemaluan dengan telapak tangan itu mewajibkan wudhu', begitu juga jika menyentuhnya dengan telapak jari-jari sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Qasim dalam kitabnya."

Pendapat ini hampir sama dengan madzhab dzahiri :

Ibnu Hazm (456 H), salah satu ulama di kalangan mazhab Adzh-Dzhahiriyah menuliskan dalam kitabnya Al-Muhalla bil Atsar sebagai berikut :

ومس الرجل ذكر نفسه خاصة عمدا بأي شيء مسه من باطن يده أو من ظاهرها أو بذراعه - حاشا مسه بالفخذ أو الساق أو الرجل من نفسه فلا يوجب وضوءا - ومس المرأة فرجها عمدا كذلك أيضا سواء سواء، ولا ينقض الوضوء شيء من ذلك بالنسيان

"Dan menyentuh kemaluan dengan sengaja baik itu dengan telapak tangan ataupun punggung tangan, sama halnya menyentuh kemaluan wanita dengan sengaja . Adapun ketika menyentuh dengan paha, betis atau kaki maka hal itu tidak mewajibkan wudhu . Adapun dalam keadaan lupa atau menyentuh kemaluan seseorang yang belum baligh (balita) maka hal itu tidak membatalkan wudhu."

c. Membatalkan Wudhu' Secara Muthlaq
Ulama dari madzhab Syafi'i mengatakan bahwa menyentuh kemaluan manusia dapat membatalkan wudhu' secara muthlaq, baik menyentuh kemaluan sendiri maupun orang lain, laki-laki maupun perempuan, sengaja maupun tidak sengaja, orang yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Adapun menyentuh kemaluan hewan dan kemaluan anak kecil tidak membatalkan wudhu. Berikut pemaparan dari ulama dari madzhab Syafi'i dan madzhab Hambali.

An-Nawawi (676 H), salah satu ulama di kalangan mazhab Asy-Syafi'iyah menuliskan dalam kitabnya Raudhatu Ath-Thalibin sebagai berikut :

مس فرج الآدمي، فينتقض الوضوء إذا مس ببطن كفه فرج آدمي، من نفسه، أو غيره، ذكر أو أنثى، صغير أو كبير، حي أو ميت، قبلا كان الممسوس، أو دبرا. وفي فرج الصغير،والميت، وجه ضعيف، .

"Diantara yang membatalkan wudhu ialah menyentuh kemaluan dengan menggunakan telapak tangan baik itu kemaluannya sendiri, orang lain, wanita atau laki laki, hidup ataupun mati baik menyentuh kemaluan bagian depan ataupun bagian belakang. Namun dalam hal kemaluan balita, orang yang telah meninggal dan kemaluan bagian belakang maka hal ini adalah perkataan yang lemah."

Al-Mardawi (885 H), salah satu ulama di kalangan mazhab Al-Hanabilah menuliskan dalam kitabnya Al-Inshaf fi Ma'rifati Ar-Rajih minal Khilaf sebagai berikut :

الصَّحِيحُ مِنْ الْمَذْهَبِ: أَنَّ مَسَّ الذَّكَرِ يَنْقُضُ مُطْلَقًا

"Pendapat yang shohih dalam mazhab Hambali ialah : Menyentuh kemaluan itu membatalkan wudhu secara muthlaq."

Sumber : Rumahfiqih.com