Download QuranBest (Free)

325juta++ halaman Al Quran telah dibaca

Klasifikasi Orang-Orang Yang Beruntung

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى  وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى  بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا  وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَا

Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia salat. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS. Al-A’la: 14-17)

Ibnu Katsir menjelaskan yang dimaksud qad aflaha man tazakka adalah mereka yang senantiasa membersihkan dirinya dari perangai tercela dan akhlak yang buruk serta mentaati perintah-Nya.

Ditegaskan juga dalam ayat ini, orang yang memperoleh kemenangan dan keberhasilan itu adalah orang yang tazakka. Kata tazakka berasal dari zaka yang berarti an-nama` (tumbuh). Oleh karena itu, al-Zujaj menafsirkan kata ini dengan memperbanyak takwa.

Membersihkan diri itu dengan beramal salih. Salah satu bentuk amal salih yaitu mengingat Allah dalam setiap gerak-geriknya kemudian sholat (Al-A’la ayat 15). Andai seseorang mengingat Allah maka ia tidak akan berbohong, memanipulasi laporan pertanggungjawaban, korupsi triliunan, memukul dengan meminjam tangan orang lain, menebar kebencian dan permusuhan, serta segala bentuk perilaku tercela lainnya.

Dijelaskan oleh al-Alusi dalam Tafsir Ruh al-Ma’ani, bahwa zikir atau ingat kepada Allah ini meliputi hati dan lisan. Pendapat yang lain, al-Jazairi mengatakan bahwa zikir kepada Allah meliputi berbagai aspek kehidupan mulai dari sejak bangun tidur hingga tidur lagi, dalam keadaan berdiri, duduk, maupun berbaring.

Sedangkan yang dimaksud dalam kalimat fashalla adalah sholat wajib lima waktu sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir, Ibnu Abbas, dan al-Zamakhsyari. Menurut al-Jazairi, tidak hanya sholat wajib, tetapi juga sholat nafilah (sholat sunnah). Ibadah sholat termasuk ibadah vertikal paling agung. Dalam Surat al-Mukminun ayat 1-2 dijelaskan bahwa di antara orang yang memperoleh falah (keberuntungan) adalah orang-orang yang khusyuk dalam sholatnya.

Sikap menjadikan dunia sebagai prioritas utama dan akhirat belakangan adalah perilaku orang yang merugi. Justru kita harus menjadikan dunia sebagai sarana (bukan tujuan) untuk mencapai kebahagiaan hakiki. Sebagaimana sabda Nabi,

“Seandainya dunia di sisi Allah sebanding dengan sayap nyamuk, maka Dia tidak memberi minum sedikit pun darinya kepada orang kafir.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Maka letakkanlah dunia tanganmu bukan di hatimu, niscaya engkau selamat. Bukankah itu yang diajarkan dalam Agama Islam?

Sebagai manusia, kita tentu menghendaki keberuntungan dan menghindari kerugian dalam hidup adalah hal yang lumrah. Dalam ayat di atas, Allah telah memberikan 4 kriteria atau klasifikasi orang-orang yang akan mendapatkan keberuntungan yaitu beriman kepada Allah sekalipun mendapati rintangan hidup, mengingat Allah dalam setiap langkahnya, melaksanakan kewajiban sholat lima waktu dan mengerjakan sholat sunnah, serta menjadikan dunia sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan akhirat bukan sebagai tujuan akhir.