Kamu belum login

Silahkan login untuk akses semua fitur

Dilapangkan atau Disempitkan Rezeki Adalah Ujian

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ . وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ.

“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu Dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, Maka Dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun apabila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya Maka Dia berkata: “Tuhanku menghinakanku“. (QS. Al Fajr: 15-16)

Ibnu Katsir Rahimahullah menafsirkan, “Dalam ayat tersebut, Allah mengingkari orang yang keliru dalam memahami maksud Allah meluaskan rezeki. Allah sebenarnya menjadikan hal itu sebagai ujian. Namun dia menyangka dengan luasnya rezeki tersebut, itu berarti Allah memuliakannya. Sungguh tidak demikian, sebenarnya itu hanyalah ujian. Sebagaimana firman-Nya,

أَيَحْسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهِ مِنْ مَالٍ وَبَنِينَ نُسَارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْرَاتِ بَل لا يَشْعُرُونَ

“Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.” (QS. Al Mu’minun: 55-56)

Sebaliknya, jika Allah menyempitkan rezeki, ia merasa bahwa Allah menghinakannya. Sebenarnya tidak seperti itu sama sekali. Allah memberi rezeki itu bisa jadi pada orang yang Dia cintai atau pada yang tidak Dia cintai. Begitu pula Allah menyempitkan rezeki pada pada orang yang Dia cintai atau pun tidak.

Sebenarnya yang jadi patokan ketika seseorang dilapangkan dan disempitkan rezeki adalah dilihat dari ketaatannya pada Allah dalam dua keadaan tersebut. Jika ia adalah seorang yang berkecukupan, lantas ia bersyukur pada Allah dengan nikmat tersebut, maka inilah yang benar. Begitu pula ketika ia serba kekurangan, ia pun bersabar.” 

Pahamilah! Tidak perlu merasa iri dengan rezeki orang lain. Kita dilapangkan rezeki, itu adalah ujian. Kita disempitkan rezeki, itu pun ujian. Dilapangkan rezeki agar kita diuji apakah termasuk orang yang bersyukur atau tidak. Disempitkan rezeki agar kita diuji termasuk orang yang bersabar atau tidak. Maka tergantung kita dalam menyikapi rezeki yang Allah berikan.

Tidak perlu bersedih jika kita tidak ditakdirkan mendapatkan rezeki seperti saudara kita. Allah tentu mengetahui yang terbaik bagi setiap hamba-Nya. Cobalah kita perhatikan bahwa rezeki dan nikmat bukanlah pada harta saja. Kesehatan badan, nikmat waktu senggang, bahkan yang terbesar yaitu nikmat hidayah Islam dan Iman, itu pun termasuk nikmat yang patut disyukuri.

Wallahu a’lam.