Kamu belum login

Silahkan login untuk akses semua fitur

Indahnya Mengutamakan Kepentingan Orang Lain

Sikap mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan pribadi dalam islam disebut dengan Itsar.  Salah satu akhlak yang paling utama, bahkan berada pada tingkatan tertinggi dalam implementasi ukhuwah islamiyah.

Abu Jahm bin Hudzaifah al-‘Adawi berkata, “Dalam peperangan Yarmuk, aku pergi untuk mencari anak pamanku, dan aku membawa seember air. Aku berkata dalam hati, ‘jika anak pamanku masih hidup, aku ingin memberinya minum dari tempat minumku ini, lalu aku basuh mukanya dengan air ini pula.’

Benar, aku menemukan beliau, aku bertanya kepadanya, ‘Mau minum?’ beliau memberi isyarat dengan mengiyakan. Tiba-tiba saja lelaki di sebelahnya mengeluh kehausan, ‘AH’, anak pamanku memberi isyarat agar aku menuju ke tempat orang tersebut dengan membawa tempat minumku. Laki-laki tersebut tidak lain adalah Hisyam bin Al-Ash saudara kandung ‘Amr bin Al-Ash. Aku datangi beliau dan bertanya, ‘Mau minum?’ kemudian terdengar orang lain berkata, ‘AH’ karena kehausan.

Hisyam memberi isyarat agar aku menuju ke tempat orang tersebut. Aku menuruti keinginannya untuk mendatangi orang tersebut, sesampainya di situ ternyata ia telah meninggal dunia. Aku datangi lagi Hisyam, beliau pun sudah meninggal. Kemudian aku kembali mendatangi anak pamanku, beliau pun sudah meninggal dunia.

Sungguh mulia apa yang dilakukan oleh para sahabat, mereka lebih mendahulukan kepentingan orang lain meskipun ia sendiri sangat membutuhkannya. Demikianlah seharusnya akhlak seorang muslim, berempati dan merasa menderita ketika saudaranya mengalami kesusahan.

Dalam Al-Qur`an, Allah Subhanahu wa ta’ala menggambarkan sikap itsarnya para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum kedatangan mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang-orang yang hijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin) atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 9)