Download QuranBest (Free)

325juta++ halaman Al Quran telah dibaca

Perniagaan Yang Paling Menguntungkan

Dia seorang yang dianggap remeh, namun sebenarnya cukup dikenal karena sikap baik dan kejujurannya kepada siapa pun. Dia datang dari kota Ninawa, salah satu kota Al Maushil di Negeri Roma. Suatu ketika kota itu didatangi sekompi pasukan Romawi dan memperbudak penduduknya termasuk orang tersebut.

Dia menjadi seorang budak yang dijual murah, berpindah dari satu tangan ke tangan lainnya, dari kota ke kota. Akhirnya ia dijual pada seorang penduduk kota bernama Abdullah bin Jud’an Al Qurasy. Karena sikap baik dan kecerdasannnya, pemiliknya memerdekakannya dan memberinya kebebasan.

Setelah menghirup udara kebebasan, ia mulai mencari kerja ke sana ke mari dan berhasil mengumpulkan banyak harta. Kemudian semuanya berubah disebabkan oleh pengaruh kata-kata yang didengarnya dari Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tadinya tak ada yang menaruh perhatian padanya, namun karena keyakinan baru yang dianutnya, semua orang menjadi sebal padanya.

Dia termasuk mereka yang pertama kali percaya kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Setelah para penduduk tahu dia telah menganut agama islam, mereka menjadi geram padanya bahkan menyiksanya sejadi-jadinya. Tak kenal siang dan malam, orang ini dihinakan lebih daripada hewan tunggangan.

Seiring berjalannya waktu, Allah subhanahu wa ta’ala mulai memenangkan sedikit demi sedikit ajaran yang diwahyukan-Nya kepada Sang Utusan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mulai dari hijrahnya orang-orang beriman ke Habasyah, berakhirnya pemboikotan terhadap kabilah baginda Rasul, suksesnya dakwah pada musim haji yang bermula dengan berbaiatnya beberapa penduduk Yatsrib, hingga peristiwa hijrahnya kaum muslimin ke kota Yatsrib.

Namun sayang, ibadah hijrah yang mulia ini tak bisa dirasakan oleh seluruh orang yang telah beriman. Ada di antara mereka yang harus tertahan dan tak bisa melakukan hijrah. Di antaranya adalah orang yang sedang dikisahkan ini, Suhaib bin Sinan Ar Rumy radhiyallahu ‘anhu pemilik semangat dan tekad yang kuat serta keteguhan dalam urusan panah-memanah.

Beliau harus mendekam di tempat tinggalnya di kota Mekah karena orang-orang kafir Quraisy telah menyewa beberapa penjaga untuk terus menjaga dan mengawasinya agar tak kabur ke kota Yatsrib.

Hingga di suatu malam yang sunyi, ketika kerinduannya kepada Rasulullah sudah membuncah tak tertahankan, kerinduan untuk berjumpa kembali dengan manusia termulia sejagat raya, kerinduan yang sebabnya karena kecintaan kepada pada Allah dan Rasul-Nya.

Dia mulai berfikir untuk melakukan siasat dan tipuan, bangkitlah ia dari tempat tidurnya bertingkah seakan hendak ke kamar kecil. Melihat tingkahnya, para penjaga bergegas mengikutinya. Di kamar mandi dia berlagak seakan sedang menyelesaikan hajatnya. Setelah selesai, ia kembali ke tempat tidurnya. Hal tersebut ia lakukan berulang kali, hingga para penjaganya merasa bahwa Suhaib telah terkena karma dan menerima balasan yang setimpal dari Tuhan Lata, mereka pun merasa ponggah dan enggan mengawasinya lagi.

Suhaib merasa bahwa tipuannya telah berhasil mengelabui para penjaga, ia segera bergegas meninggalkan kota Mekah menuju Yatsrib atau yang dikenal dengan sebutan Al Madinah An Nabawiyah.

Tak lama kemudian, para penjaga mulai tersadar bahwa mereka telah dikelabui oleh Suhaib, lantas mereka mengejarnya dan berhasil mendekatinya. Sambil menyiapkan beberapa anak panah yang siap dilesakkan, Suhaib berkata kepada mereka, “Hai kalian, kalian tahu bahwa aku adalah orang yang paling handal dalam urusan panah memanah. Tidaklah seseorang dari kalian yang datang mendekat kecuali pasti sudah tertancap anak panah di dadanya.” 

Mendengar pekataan tegasnya, mereka sedikit gentar dan berkata, “Lantas apa keinginanmu hai Suhaib?” Suhaib menjawab, “Demi Allah, sesungguhnya aku memiliki kumpulan harta di rumahku di Mekah datang dan ambillah, aku juga punya perhiasan yang dipegang oleh fulanah ambillah, fulan juga berhutang kepadaku maka ambillah, sampai Suhaib menyebutkan semua harta yang telah dikumpulkannya lewat usaha siang dan malam lalu berkata, “kembalilah kalian ke Mekah, ambil semua harta itu dan biarkan aku melanjutkan perjalanan menuju madinah.” Para penjaga mengatakan, “Demi Allah, ini adalah perniagaan yang baik. Kalau begitu kami sepakat.”

Subhanallah, perniagaan yang sesungguhnya bukan kepada orang-orang kafir para penjaga tersebut, perniagaan sesungguhnya adalah perniagaan Suhaib kepada Allah ¬Rabbul ‘alamin.

Sesampainya di Madinah, Suhaib kemudian disambut oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang saat itu sedang berada di masjid. Beliau lantas keluar dan bersabda,

“Abu Yahya, sungguh beruntung perniagaanmu”

“Abu Yahya, sungguh beruntung perniagaanmu”

“Abu Yahya, sungguh beruntung perniagaanmu”

Rupanya Allah telah menurunkan wahyu-Nya dalam surat Al-Baqarah ayat 207 mengabarkan kepada Suhaib yang telah mengorbankan semua hartanya dengan tujuan untukmengikuti jejak kaum muslimin lainnya, berhijrah ke kota Madinah. Keinginan yang lahir dari iman yang kuat, meninggalkan harta dan tempat tinggalnya, lalu menjadi terasing kembali di kota yang baru didatanginya. Namun itu semua terbayar bila mana ia berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sanggup mengerjakan kewajiban dengan tenang, dan yang terpenting adalah menggapai keridhoan Allah.

Allah berfirman:

 وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَشْرِى نَفْسَهُ ٱبْتِغَآءَ مَرْضَاتِ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ رَءُوفٌۢ بِٱلْعِبَادِ

“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.”