Apakah Alkohol Itu Najis?
Pada dasarnya ada kesepakatan para ulama yang menetapkan bahwa alkohol bukan termasuk benda najis. Hal itu diungkapkan oleh Dr. Ahmad Asy-Syarbasyi dalam kitabnya, Yas'alunaka, jilid 2 halaman 30 sebagai berikut mengutip dari lajnah fatwa Al-Azhar Mesir. Lengkapnya demikian:
"Lajnah Fatwa Al-Azhar telah ditanya dengan masalah ini (hukum kenajisan alkohol). Maka Al-Azhar menjawab bahwa alkohol (spiritus) atas pendapat bukan hanya satu dari para ulama bukan benda najis. Dan atas ketidak-najisannya, maka benda-benda yang dicampur dengan alkohol hukumnya pun tidak najis. Pendapat inilah yang kami pilih karena kekuatan dalilnya serta sebagai penolak kebimbangan atas pendapat yang menajiskannya."
Kiyai besar Betawi, Almarhum KH. M. Syafi'i Hazami ketika ditanya tentang masalah ini, juga cenderung mengatakan bahwa alkohol bukan benda najis. Kecuali bila dibuat dari benda yang najis.
Apakah ada bahan alkohol yang najis?
Beliau menuliskan bahwa di India sana, orang-orang konon membuat alkohol dengan bahan dasar kotoran sapi. Entah benar atau tidak berita itu, sebab di India orang-orang menyembah sapi dan dijadikan tuhan, apakah 'tahinya tuhan' mereka itu boleh dijadikan alkohol?
Namun seandainya berita itu benar, maka kenajisannya alkohol itu karena semata-mata karena bahan dasarnya. Tidak bisa dikatakan bahwa semua alkohol itu najis. Apalagi untuk bahan pelatur minyak wangi (parfum), rasanya tidak mungkin dibuat dari kotoran sapi, bukan?
Di Indonesia, kebanyakan alkohol dibuat dari larutan gula dengan peragian dan penyulingan. Misalnya dari gula tebu, gula bit, melasa dan lainnya. Atau dari bahan yang mengandung zat pati (amilum) seperti kentang, jagung dan lainnya. Atau dari bahan yang mengandung selulosa seperti ampas-ampas kayu, atau dari umbi-umbian yang mengandung froktosa dan lignin.
Kesemua bahan itu adalah bahan nabati yang bukan benda najis. Maka alkohol secara umum, kecuali yang terbuat dari kotoran sapi, hukumnya tidak najis.
Yang najis adalah khamar, yaitu minuman keras yang memabukkan. Bahwa kebetulan di dalamnya ada campuran alkoholnya, bukan merupakan sebab. Kenajisan khamar ini pun sebenarnya masih menjadi perdebatan para ulama. Sebab dalil yang digunakan masih mengandung multi tafsir.
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamar, berjudi, berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah rijsun termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.(QS. Al-Maidah: 90)
Kata rijsun dalam ayat di atas, melahirkan dua kemungkinan. Pertama, maksudnya adalah najis hakiki. Kedua, sifat buruk dari suatu perbuatan.
Menurut para pendukung pendapat kedua, kalau mau ditafsirkan bahwa rijsun itu artinya benda najis, yang jadi pertanyaan adalah apakah alat judi, berhala dan alat untuk mengundi nasib dengan anak panah termasuk benda-benda najis? Apakah kalau seseorang telah berwudhu' lalu menyentuh kartu remi, akan batal wudhu'nya? Karena kartu remi termasuk alat perjudian? Jawabnya tidak. Benda-benda itu tidak pernah dijadikan benda najis.
Maka yang lebih kuat adalah pendapat kedua, yaitu yang dimaksud rijsun bukanlah alat-alatnya, melainkan perbuatan minum khamar, bermain judi, mengundi nasib dan menyembah berhala adalah perbuatan jelek, buruk, hina dan tidak boleh dikerjakan.
Wallahu a'lam bishshawab
Sumber: Rumahfiqih.com