Garis Edar Tata Surya Menurut Al-Qur`an
Sebelum ilmu astronomi berkembang, sebagian orang percaya matahari bergerak mengitari bumi, bukan sebaliknya. Barulah di saat astronom Nicholas Copernicus pada 1512 masehi mengungkapkan bahwa matahari menjadi pusat tata surya, ilmu astronomi sedikit mengalami pencerahan.
Kemudian pada 1609, seorang ilmuwan Jerman bernama Johannes Kepler juga mengungkapnya, teorinya yang disebut Astronomia Nova. Dalam teorinya, planet-planet di tata surya tidak hanya berputar di garis edarnya, namun juga berputar pada porosnya. Dengan adanya teori tersebut memungkinkan banyak orang untuk mempelajari mekanisme tata surya yang sebenarnya.
Teori tersebut diungkap dalam buku karangan Ramadhani berjudul 'Al-Quran vs Sains Modern Menurut Dr. Zakir Naik'. Dengan adanya teori tersebut memungkinkan penduduk Eropa mempelajari mekanisme tata surya yang sebenarnya.
Padahal, jauh sebelum para ilmuwan itu menemukan teori rotasi di tata surya, Al-Qur`an telah lebih dahulu menjelaskannya. Di antaranya tercantum dalam Surah Al-Anbiya` berikut ini,
وَهُوَ الَّذِيْ خَلَقَ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَۗ كُلٌّ فِيْ فَلَكٍ يَّسْبَحُوْنَ
"Dan Dia-lah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari, dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya." (QS. Al-Anbiya` [21] : 33)
Kata 'yasbahun' yang berasal dari kata 'sabaha' memiliki makna bergerak (rotasi) yang berasal dari tubuh yang bergerak. Kata 'yasbah' diterapkan pada benda-benda ruang angkasa seperti matahari, namun bukan berarti hanya terbang di ruang angkasa. Hal itu dapat diartikan bahwa matahari tersebut berputar atau berotasi saat berjalan melalui ruang angkasa.
Penjelasan Al-Qur`an terkait garis edar tata surya, jauh sebelum sains modern mengungkapnya ini membuktikan bahwa Al-Qur`an bukan buatan manusia. Tetapi datang langsung dari Allah subhanahu wa ta’ala untuk menjadi pedoman kehidupan umat manusia. Semoga dapat menambah keimanan kita dan mendorong untuk terus mempelajari isi kandungan Al-Qur`an.